Literasi Digital 2025: Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar Kupas Strategi Proteksi Data dan Lawan Hoaks

  • 22 Oktober 2025
  • 05:53 WITA
  • Administrator
  • Berita

GOWA – Di era di mana data telah menjadi aset paling berharga dan arus informasi mengalir tanpa henti, ancaman siber (cyber threats) telah berevolusi menjadi risiko nyata yang mengintai dunia akademik. Mulai dari pencurian data penelitian, peretasan akun institusional, hingga masifnya penyebaran disinformasi, kesadaran akan keamanan digital (cyber security) bukan lagi pilihan, tapi sebuah keharusan.

Merespon tantangan krusial ini, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar mengambil langkah proaktif dengan menggelar "Pelatihan Dasar Literasi Keamanan Digital" pada Selasa, 21 Oktober 2025.

literasi digital

Bertempat di Ruang Lecturer Theatre lantai 1 yang dipadati peserta, pelatihan ini dirancang khusus untuk membekali seluruh lapisan civitas akademika—mulai dari mahasiswa, tenaga kependidikan, hingga dosen—dengan skillset esensial. Tujuannya jelas: memastikan seluruh aktivitas akademik dan administratif di ruang siber dapat berjalan dengan aman, produktif, dan terproteksi.

Inisiatif ini memiliki nilai strategis karena bukan sekadar pelatihan rutin. Kegiatan ini merupakan bagian integral dari rangkaian Aktualisasi Latsar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan fakultas. Hal ini menunjukkan komitmen institusi untuk menanamkan awareness keamanan fundamental sejak dini kepada para aparatur barunya, sebagai salah satu garda terdepan dalam tata kelola dan proteksi data di era digital.

Menghadirkan narasumber kompeten, Rini Indrayani, S.T., M.Eng., pelatihan ini berjalan dinamis dan interaktif. Sebagai Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan FAH, Rini Indrayani membawa perspektif unik yang menghubungkan manajemen informasi—inti dari ilmu perpustakaan—dengan tantangan keamanan data modern.

Beliau mengupas tuntas berbagai aspek keamanan digital yang sering dianggap remeh namun berisiko fatal. "Banyak dari kita baru sadar pentingnya keamanan digital setelah data kita bocor atau akun kita diambil alih. Pelatihan ini adalah langkah preventif agar kita tidak menjadi korban," tegas Rini dalam pemaparannya.

Tidak hanya dijejali teori, para peserta diajak deep dive ke sesi praktis yang sangat relevan dengan ancaman yang dihadapi sehari-hari di lingkungan kampus. Narasumber membagikan beberapa "jurus jitu" yang wajib dikuasai oleh setiap insan akademik modern, yang dirangkum dalam lima pilar utama:

  • Strategi Proteksi Multi-Lapis: Menjaga "benteng" digital tidak cukup satu lapis. Peserta diajari cara mengamankan sistem, device (perangkat), dan berbagai akun digital dari akses ilegal, termasuk pentingnya Two-Factor Authentication (2FA).

  • Benteng Pertahanan Awal: Mengupas tuntas psikologi di balik pembuatan password. Peserta dilatih teknik membuat dan mengelola kata sandi yang kuat (tidak mudah di-brute force atau ditebak menggunakan dictionary attack).

  • Kenali Musuhmu: Sesi ini fokus pada pengenalan berbagai cyber threats yang sedang marak, mulai dari malware (virus, ransomware), modus scam/phishing yang kian canggih, hingga risiko kebocoran data pribadi di platform publik.

  • Etika dan Jejak Digital: Memahami bahwa internet "tidak pernah lupa". Peserta diedukasi pentingnya etika berinternet (netiket) untuk membangun digital footprint (jejak digital) yang positif dan profesional.

  • Filter Informasi: Di tengah tsunami informasi, peserta dibekali tips praktis memverifikasi kebenaran berita dan mendeteksi hoaks yang berseliweran di media sosial dan grup percakapan.

Untuk memastikan materi tidak hanya "masuk telinga kanan, keluar telinga kiri", panitia menerapkan metode evaluasi terukur melalui pretest di awal acara dan posttest di akhir. Hasilnya sangat memuaskan. Terjadi lompatan pemahaman yang signifikan di antara peserta, menunjukkan efektivitas materi dan metode penyampaian.

Antusiasme ini tidak hanya terlihat dari skor. Selama sesi tanya jawab, diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Banyak peserta berbagi pengalaman pribadi seputar upaya scam yang hampir menjerat mereka atau keraguan saat menerima informasi yang viral.

"Kami sangat senang melihat antusiasme peserta. Hasil posttest menunjukkan kesadaran mereka akan pentingnya security meningkat drastis. Ini bukan hanya soal angka, tapi soal perubahan mindset," ujar salah satu panitia pelaksana.

Pelatihan ini ditutup dengan optimisme. Dengan suksesnya kegiatan ini, diharapkan budaya literasi digital yang aman, cerdas, dan beretika akan semakin mengakar kuat. Ini adalah langkah awal yang krusial bagi FAH UIN Alauddin Makassar untuk terus menciptakan ekosistem akademik yang tidak hanya maju secara intelektual, tetapi juga tangguh dan adaptif secara digital.


Editor & Desain Thumbail: Bayu | Foto Kegiatan: Panitia Pelaksana