Sekolah Daring, Apa Kabar Perpustakaan Sekolah ?

  • 11:50 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Jika kita membaca judul diatas, tentunya kita berpikir bahwa apa pentingnya menulis tema judul tersebut, bahkan membacanya pun rasanya mungkin tidak penting. Berbicara perpustakaan sekolah mungkin tidak seasik membicarakan tentang Corona, Korupsi Menteri, dan bahkan Pilkada di warung kopi. Tapi setidaknya tulisan ini membuka pikiran kita tentang apa pentingnya perpustakaan sekolah di negara ini.

Bulan Maret yang lalu, sejak Kemendikbud menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa Darurat Corona Virus Disease (Covid-19). Salah satu pokok penting dalam edaran ini adalah keputusan untuk melaksanakan proses belajar mengajar dilakukan dirumah atau istilahnya sekolah daring. Sejak keputusan itu hingga hampir 1 tahun belakangan ini sebagian besar sekolah masih menggunakan proses belajar mengajar secara daring. Meskipun sudah ada daerah yang sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka meski harus menjalankan protokol kesehatan dan tergantung kebijakan dari pemerintah daerah setempat.

Jika terhitung dari bulan Maret 2020 sampai Maret 2021, itu artinya sudah 1  tahun siswa melakasanakan pembelajaran dirumah atau secara daring, itu artinya sudah 1 tahun pula perpustakaan sekolah tidak pernah digunakan atau tidak sama sekali disentuh oleh siswa. Jika seperti hari biasanya sebelum Corona datang tentu perpustakaan sekolah juga masih sangat jarang dikunjungi, bahkan buku-buku penuh dengan debu karena jarangnya disentuh oleh siswa. Lantas bagaimana kabar perpustakaan sekolah yang 1 tahun tidak pernah disentuh oleh siswa ? jawabannya sederhana, buku-buku, meja, kursi dan raknya tentu debunya semakin tebal, bahkan lebih mirisnya jika pustakawan hanya mengunci perpustakaannya tanpa membersihkan buku-buku berdebu yang semakin menebal.

Perpustakaan sekolah menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 merupakan prasyarat wajib sebuah sekolah, itu artinya sekolah bisa dikatakan berkualitas jika memiliki perpustakaan sekolah. Namun kenyataannya masih banyak sekolah yang mengabaikan keberadaan perpustakaan sekolah, bahkan ada sekolah yang tidak memiliki perpustakaan. Padahal dalam sistem akrediatasi sekolah perpustakaan mempunyai penilaian tersendiri apakah sekolah tersebut sudah bisa dikatakan baik atau tidak. Menurut data Direktorat Standarisasi dan Akreditasi  Prpustakaan Nasional pada februari 2021 dari kurang lebih 113.541 jumlah perpustakaan sekolah di Indoneia baru 2.051 perpustakaan sekolah yang terakreditasi, itu artinya baru 2% perpustakaan sekolah dikatakan layak oleh tim akreditasi.

Kondisi pandemi sekarang ini tentunya memaksa pustakawan atau pengelola perpustakaan sekolah lebih berinovasi dan kreatif dalam memberikan pelayanan disituasi sekolah daring ini. Seperti melalukan pemberian layanan e-book yang bisa diakses siswa melalui internet, serta pelayanan peminjaman online yang bisa dilakukan dengan sistem antar jemput buku dan sebagainya. Jika tidak melakukan inovasi dan kreatifitas dimasa pandemi, tentu perpustakaan sekolah akan semakin dicap sesuatu hal yang tidak penting didalam sebuah sekolah. Untuk itu peran pengelola perpustakaan dan dukungan pimpinan sekolah diharapkan mampu bersinergi untuk melakukan pengembangan perpustakaan yang lebih baik, tentu dengan dukungan anggaran juga mempengaruhi pengembangan perpustakaan, apalagi jika ingin memberikan pelayanan yang digital tentu membutuhkan perangkat yang lebih canggih dan tentunya dengan harga yang cukup mahal.

Namun jika ditanya, apa kabar perpustakaan sekolah dimasa pandemi ini ?, maka bisa disimpulkan bahwa sebagian besar di pedesaan dan pelosok daerah perpustakaan sekolahnya tertidur pulas, itu karena akses jaringan dan kualitas pengelola yang tidak memiliki kemampuan dan kapasitas dibidangnya, kecuali perpustakaan sekolah yang berada di perkotaan yang notabenenya memiliki akses jaringan yang baik, kemajuan teknologi yang cukup memadai serta kemampuan pustakawan atau pengelola perpustakaan sekolah yang berkualitas dalam segi pendidikan yang memang memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan.


Sumber : Koran Tribun Timur Edisi Rabu, 17 Maret 2021 Hal. 15